Jumat, 30 November 2012


Bagaimana cara menghadapi tantangan hidup ini?

1. Jaga kesehatan
Kita hendaknya memiliki tubuh jasmani yang sehat karena dikatakan dalam Dhammapada kesehatan adalah keuntungan terbesar. Karena tanpa tubuh yang sehat kita tidak bisa bekerja atau melakukan aktivitas dengan baik. Menjaga kesehatan tubuh adalah makan yang cukup, olah raga yang cukup, istirahat yang cukup dan bekerja tidak ekstrim. Selain mempunyai tubuh jasmani yang sehat juga harus punya mental atau batin yang sehat. Bagaimana cara mempunyai mental atau batin yang sehat? Berpikirlah yang positif. Ketika ada masalah pasti ada sebabnya. Dan hendaknya selalu sadar bahwa hidup ini tidak kekal, selalu berubah, jadi masalah apa saja yang kita terima pasti akan berlalu. Untuk mendapatkan pikiran positif dan tidak selalu berpikir yang aneh-aneh maka seringlah melakukan meditasi. Meditasi bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Bila tidak bisa melakukannya setiap saat maka ikutilah program-program latihan meditasi yang diadakan di berbagai tempat di Indonesia ini.
Kemudian setelah memiliki kesehatan tubuh, jasmani dan batin, untuk menghadapi tantangan hidup maka kita harus berjuang. Dalam Aṅguttara Nikāya Sang Buddha menganjurkan kepada kita:
Pertama: Uṭṭhanasampadā: kita harus bekerja keras, jangan malas, jangan menggantungkan diri kepada siapapun termasuk kepada para dewa atau pun makhluk lainnya.
Kedua: Arakkhasampadā: menjaga dengan baik apa yang telah kita dapatkan atau miliki, tidak menyia-nyiakan.
2. Merasa puas
Merasa puas adalah kekayaan yang paling berharga. Kebahagiaan tercapai jika kita punya kepuasan. Puas dengan hasil yang telah diperjuangkan, bukan berarti kemudian kita malas, tidak mau maju; tetapi bisa menerima dari apa yang telah kita lakukan, karena orang yang tidak merasa puas akan berani melakukan apapun untuk memenuhi kepuasannya. Alangkah bahagianya orang yang bisa merasa puas. Orang kaya belum tentu merasa puas, tetapi orang yang hidupnya sederhana mungkin akan merasakan kepuasan dan kebahagiaan dengan kesederhanaannya terhadap apa yang telah dilakukan dan dicapainya. Apabila kita telah mempunyai suami, istri atau anak-anak, kita harus bisa menerima mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya, karena tidak ada manusia yang sempurna. Kalau kita tidak bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan orang lain, maka kita akan menjadi orang yang tidak pernah puas. Orang yang tidak pernah puas adalah orang yang amat sengsara. Dengan bisa menjaga pikiran, ucapan dan tindak-tanduk, kita bisa merasa puas. Kepuasan adalah harta yang amat berharga. Kita tidak akan gelisah, dibakar oleh iri hati dan kenikmatan yang bukan-bukan, maka kita akan menjadi orang yang baik bagi semuanya.
3. Dipercaya
Bisa dipercaya adalah saudara yang terbaik. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berkumpul dan bertemu dengan banyak orang termasuk menjalin hubungan bisnis, kerja dan lain sebagainya dengan mereka. Walau mereka bukan saudara, bukan famili dan tidak seagama dengan kita tetapi bisa dipercaya itulah saudara yang terbaik. Mereka juga membuat, mendorong kita menjadi maju, berkembang, berhasil dan sebagainya itulah saudara kita yang terbaik. Jadi, jika kita ingin punya banyak teman, banyak sahabat, disukai, disayangi/dicintai orang maka syaratnya adalah harus jujur, bisa dipercaya dan ketika berbicara tidak mengandung kebohongan. Jadi, sebelum orang lain kita harapkan menjadi orang yang jujur maka cobalah usahakan diri kita dahulu menjadi orang jujur dan bisa dipercaya. Maka dengan demikian kita pasti akan mendapatkan sahabat/teman yang baik dan jujur dimanapun kita tinggal dan berada.
Setelah kita bisa melaksanakan ketiga cara di atas sekarang kita harus sadar bahwa apa yang membuat hidup kita bisa bahagia? Dan bagaimana cara mendapatkan hidup bahagia juga terlahir di alam bahagia? Dalam Dhammacakkappavattana Sutta, Sang Buddha menjelaskan secara lengkap dalam empat kesunyataan mulia bahwa hidup ini adalah tidak memuaskan/ dukha dan hal ini ada sebabnya. Setelah mengetahui sebabnya dan menghentikan sebabnya kemudian dianjurkan melaksanakan jalan mulia berunsur delapan yaitu: Pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencarian benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Inilah yang sering kita sebut sīla, samadhi dan paññā. sīla hendaknya selalu kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai hasil dari pelaksanaan sīla ini kita hidup tenang tidak khawatir, tidak takut, tidak gelisah, dan tidak was-was karena tidak ada pelanggaran sīla. Demikian juga samadhi dan paññā hendaknya selalu dilaksanakan dan dikembangkan. Ketiga hal inilah yang merupakan cara untuk mengakhiri dukha dan menuju kebebasan akhir yaitu Nibbāna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar