Membangun Program Strategis bersinergis Menghadapi Tantangan Budaya Global Di Abad ke 21
oleh: Buya H. Mas’oed Abidin
Pendahuluan

Zaman senantiasa mengalami perubahan Begitulah Sunatullah. Yang Kekal hanyalah Sunnatullah, aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, Maha pencipta.
Memasuki alaf ketiga atau abad dua puluh satu, ditemui suatu kenya­taan, terjadinya lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat.
Ditandai dengan lajunya teknologi komuni­kasi dan informasi (information technology).
Suatu gejala yang disebut‑sebut sebagai arus globalisasi, perdagangan bebas, per­saingan yang tinggi dan tajam.
Era globalisasi akan terjadi perubahan‑perubahan cepat.
Dunia akan transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa batas.
Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan satu sama lain menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi industri, hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan oleh Arus globalisasi:
1. Menggeser Pola Hidup Masyarakat.
Dari agraris tradisional menjadi masyarakat industri modern.
Dari kehidupan berasaskan kebersa­maan, kepada kehidupan individualis.
Dari lamban kepada serba cepat.
Dari berasas nilai sosial menjadi konsumeris materi­alis.
Dari tata kehidupan tergantung dari alam kepada kehi­dupan menguasai alam.
Dari kepemimpinan formal kepada kepe­mimpinan kecakapan (profesional).
2. Pertumbuhan Ekonomi.
Globalisasi menyangkut langsung kepentingan sosial masing‑masing negara.
Masing‑masing akan berjuang memelihara kepentingannya, dan cenderung tidak akan memperhatikan nasib negara‑negara lain. Kecenderungan ini bisa melahirkan kembali “Social Darwinism“. Dan ini kita rasakan kini dampaknya ketika dunia dilanda ambruknya sistim ekonomi kapitalis yang berbuah dengan krisis financial global.
Kondisi ini mirip dengan kehidupan sosial budaya masyarakat jahiliyah, antara lain mengagungkan materi (berhala), mengabaikan kaedah-kaedah halal-haram, memutus hubungan silaturrahim, berbuat anarkis dan kegaduhan terhadap masyarakat (tetangga, bangsa,negara), yang kuat menelan yang lemah.
3. Dampak Globalisasi
1. Globalisasi membawa banyak tantangan (sosial, budaya, ekonomi, politik dan bahkan menyangkut setiap aspek kehidupan kemanusiaan.
2. Globalisasi juga menjanjikan harapan‑harapan dan kemajuan.
Harapan dan kemajuan yang menjanjikan, adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat, sebagai alat untuk menciptakan kemakmuran masyarakat. Indonesia sebagai bagian dari Asia Tenggara.
Apa artinya semua ini? Kita akan menjadi pasar raksasa yang akan diperebutkan oleh orang‑orang di sekeliling. Bangsa kita akan dihadapkan pada “Global Capitalism”. Kalau kita tidak hati‑hati keadaan akan bergeser menjadi “Capitalism Imperialism” artinya kita akan terjajah di negeri sendiri tanpa kehadiran fisik si penjajah.
Globalisasi membawa perubahan perilaku, terutama pada generasi muda (para remaja).
3.1. Masalah Remaja.
Dunia remaja kita akhir-akhir ini digoncangkan oleh fenomena kurang menggembirakan.
Banyaknya tawuran pelajar, pergaulan a-susila dikalangan pelajar dan mahasiswa. Pornografi yang susah dibendung. Kalangan remaja dijangkiti kebiasaan bolos sekolah.
Kesukaan terhadap minuman keras.
Kecanduan terhadap ectasy (XTC), menjadi budak kokain dan morfin.
Kesukaan judi dalam urban popular culture, musro, world-wide sing, dan sejenisnya.
Para remaja cenderung bergerak menjadi generasi buih terhempas dipantai menjadi dzurriyatan dhi’afan suatu generasi yang bergerak menjadi “X-G” the loses generation dan tidak berani ikut serta didalam perlombaan ombak gelombang samudera globalisasi.
Penyimpangan perilaku menjadi ukuran atas kemunduran moral dan akhlak.
Hilangnya kendali para remaja, berakibat ketahanan bangsa akan lenyap dengan lemahnya remaja.
Apa Penyebab Utama kesemuanya itu? Kalau ingin dirinci, antara lain:
rusaknya sistim, pola dan politik pendidikan.
hilangnya tokoh panutan,
berkembangnya kejahatan orang tua,
luputnya tanggung jawab lingkungan masyarakat,
impotensi dikalangan pemangku adat,
hilangnya wibawa ulama,
bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi bisnis,
profesi guru dilecehkan.
3.2. Perilaku Umat.
Terjadi pula interaksi dan ekspansi kebudayaan secara meluas. Di tandai dengan semakin berkembangnya pengaruh budaya,
Pengagungan materia secara berlebihan (materialistik),
Pemisahan kehidupan duniawi dari supremasi agama (sekularistik),
Pemujaan kesenangan indera mengejar kenikmatan badani (hedonistik).
Sebenarnya perilaku umat ini merupakan penyimpangan jauh dari budaya luhur. Akibatnya dapat memunculkan;
a. Kriminalitas,
b. Sadisme,
c. Krisis moral secara meluas.
Terjadinya dis-equilibrium, (hilangnya keseimbangan moral), dalam tatanan kehidupan bermasyarakat menyebabkan lahir krisis-krisis, krisis nilai, menyangkut etika individu dan sosial berubah drastik, pada mulanya berpandangan luhur bergeser kencang kearah tidak acuh, dan lebih parah mentolerir krisis konsep pergeseran pandang (view) cara hidup, dan ukuran nilai jadi kabur. Sekolahan yang merupakan cerminan idealitas masyarakat tidak bisa dipertahankan. Krisis kridebilitas dengan erosi kepercayaan. Pergaulan orang tua, guru dan muballig dimimbar kehidupan mengalami kegoncangan wibawa. Krisis beban institusi pendidikan terlalu besar.Tuntutan tanggung jawab moral sosial kultural dikekang oleh sisitim dan aturan birokrasi. Kesudahannya, membelenggu dinamika institusi, akhirnya impoten memikul beban tanggung jawab. Krisis relevansi program pendidikan yang mendukung kepentinganelitis non-populis, tidak demokratis. Orientasi pendidikan beranjak dari mempertahankan prestasikepada orientasi prestise, keijazahan. Krisis solidaritas, dan membesarnya kesenjangan miskin kaya, dan kesempatan mendapatkan pendidikan tidak merata, kurangnya idealisme generasi remaja tentang peran dimasa datang.
Pergeseran budaya dengan mengabaikan nilai-nilai agama pastilah akan melahirkan tatanan hidup masyarakat dengan penyakit sosial (masyrakat) atau PEKAT yang kronis, di antaranya akan meruyak menjadi; Kegemaran berkorupsi. Aqidahnya bertauhid namun akhlaknya tidak mencerminkan akhlak Islami. Melalaikan ibadah.
3.3. Perilaku kehidupan non-science
Di antaranya tampak pula pada perangai ; Sangat berminat terhadap kehidupan non-science, asyik mencari kekuatan gaib belajar sihir. Mencari jawaban paranormal, menguasai kekuatan jin, bertapa ketempat angker. 
Menyelami black-magic, mempercayai mistik.
f. Tidak terkecuali menghinggapi juga para cendekiawan. Mencari dukungan melalui pedukunan.
Perangai sedemikian ini telah banyak melahirkan peribadi yang terbelah (split personalities), dengan sikap “too much science too little faith”, lebih banyak ilmu dengan tipisnya kepercayaan keyakinan agama, berkembangnya paham nihilisme budaya senang lenang (culture contenment).
Keadaan di atas diperparah lagi oleh limbah budaya, antara lain; 
a. Sensate-culture yang selalu bertalian dengan hedonistik.
b. Orientasi hiburan berselera rendah,
c. Tourisme sun-sea-sex.
d. Gaya hidup konsumeristis, rakus, boros, cinta mode.
e. Pergaulan bebas sex, ittiba’ syahawat (memperturutkan hobi nafsu syahawat).
f. Kebebasan salah arah.
g. Lepas dari kawalan agama dan adat luhur.
h. Tampil dengan sikap permissif dan anarkis.
Pada hakekatnya semua perilaku a-moral tersebut lahir karena lepas kendali dari nilai-nilai agama danmenyimpang jauh dan keluar dari alur akhlak mulia, atau menjauh dari adat istiadat warisan leluhur dan budaya bangsa. Kondisi seperti itu telah membawa perubahan buruk terhadap generasi bangsa dan menjadikan dunia pendidikan pada umumnya mendapat cercaan.
Jawaban untuk keluar dari problematika ini adalah ikatan sinerjitas antara Umarak dan Ulama
Membentuk Generasi Masa Depan
1. Generasi muda akan menjadi aktor utama dalam pentas kesejagatan (millenium ketiga). Karena itu, generasi muda (remaja) harus dibina dengan budaya yang kuat berintikan nilai-nilai dinamik yang relevan dengan realiti kemajuan di era globalisasi.
Generasi masa depan (era globalisasi) yang diminta lahir dengan:
a. budaya luhur (tamaddun),
b. berpaksikan tauhidik,
c. kreatif dan dinamik,
d. memiliki utilitarian ilmu berasaskan epistemologi Islam yang jelas,
e. tasawwur (world view) yang integratik dan ummatik sifatnya (bermanfaat untuk semua, terbuka dantransparan).
1. Perkembangan ke depan banyak ditentukan oleh peranan remaja sebagai generasi penerus danpewaris dengan kepemilikan ruang interaksi yang jelas menjadi agen sosialisasi guna menggerakkan kelanjutan survival kehidupan ke depan.
2. Kita memerlukan generasi yang handal, dengan beberapa sikap;
a. daya kreatif dan inno­vatif, dipadukan dengan kerja sama berdisiplin,
b. kritis dan dinamis, memiliki vitalitas tinggi,
c. tidak mudah terbawa arus, sanggup menghadapi realita baru di era kesejagatan.
d. memahami nilai‑nilai budaya luhur,
e. siap bersaing dalam knowledge based society,
f. punya jati diri yang jelas, hakekatnya adalah generasi yang menjaga destiny,
g. individu yang berakhlak berpegang pada nilai-nilai mulia iman dan taqwa,
h. motivasi yang bergantung kepada Allah, yang patuh dan taat beragama akan berkembang secara pasti menjadi agen perubahan,
i. memahami dan mengamalkan nilai‑nilai ajaran Islam sebagai kekuatan spritual, yang memberikan motivasi emansipatoris dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik‑material, tanpa harus mengorbankan nilai‑nilai kemanusiaan.
Sangat dipahami, bahwa kekuatan hubungan ruhaniyah spiritual emosional dengan iman dan taqwa akan memberikan ketahanan bagi umat.
Hubungan ruhaniyah ini akan lebih lama bertahan daripada hubungan struktural fungsional. Generasi ke depan wajib digiring menjadi taat hukum.
Upaya ini dapat dilakukan dengan cara ;
a. memulai dari lembaga keluarga dan rumah tangga, memperkokoh peran orang tua, ibu bapak ,
b. fungsionalisasi peranan ninik mamak dan unsur masyarakat secara efektif,
c. memperkaya warisan budaya dengan setia mengikuti dan mempertahankan, bertumpu kepada cita rasa patah tumbuh hilang berganti
d. menanamkan aqidah shahih (tauhid), dan istiqamah pada agama yang dianaut,
e. menularkan ilmu pengetahuan yang segar dengan tradisi luhur.
f. Apabila sains dipisah dari aqidah syariah dan akhlaq akan melahirkan saintis tak bermoral agama, konsekwensinya ilmu banyak dengan sedikit kepedulian.
g. Menanamkan kesadaran tanggung jawab terhadap hak dan kewajiban asasi individu secara amanah,
h. penyayang dan adil dalam memelihara hubungan harmonis dengan alam,
i. teguh politik, kukuh ekonomi,
j. melazimkan musyawarah dengan disiplin dan
k. bijak memilih prioritas pada yang hak sebagai nilai puncak budaya Islam yang benar. Sesuatu akan selalu indah selama benar.